Sunday, March 15, 2015

Hikmah Surah Al-Ikhlas | Nouman Ali Khan

Oleh: Nouman Ali Khan
Disadur dari video berjudul ‘Powerful Reminder in Surah Al-Ikhlas’ (video ada di akhir artikel)


Konsep dari Ahad, Satu. Salah satu penulis hebat, teologis Islam dari Pakistan, Dr Rafi’udiin mengomentari surat ini (Al-Ikhlas .red), mengatakan sesuatu yang luar biasa, dan saya sangat mengapresiasi itu. Karena saya pikir untuk penonton modern hal seperti ini harus dikatakan dan didengar.

Allah menciptakan manusia dengan pengetahuan tentang diri-Nya. Manusia sudah mengetahui, bahwa ada zat tertinggi. Allah azza wajal, bukan hanya ‘Tuhan itu Ada’ dan ‘Dia menciptakan kita’. Sekarang kita bisa melakukan apa yang kita mau, tidak, dia adalah Rabb dia adalah ‘Master’ kita.

Tujuanku dalam hidup adalah untuk melakukan apa yang dia mau, ini adalah idealisme tertinggiku. Pencapaian terbesarku adalah aku menjadi hamba-Nya. Itu adalah kehormatan tertinggi yang aku bisa miliki. Rasulullah saw, kehormatan terbesar beliau, ‘Subhaanalladzii asro bi abdhihii’ beliau menjadi hamba-Nya. Menjadi hamba Allah adalah kehormatan terbesar. Itu adalah tujuan dalam hidup dan Allah memprogram tujuan itu di setiap manusia.

Tapi jika kamu kehilangan tujuan itu, itu seperti, kalian tahu seperti ada rasa haus dan lapar dalam diri kamu. Untuk memenuhi tujuan itu, Allah menciptakan kamu dengan rasa itu. Tapi jika nafsu laparmu tidak dipenuhi dengan makanan sehat, dengan apa kamu memenuhinya? Jika anda tidak mendapatkan makanan yang tepat, apa kamu akan mengatakan aku tidak makan sama sekali? Tidak, ketika seseorang kelaparan dan tidak ada makanan kesukaan mereka atau tidak ada makanan yang sehat. Bahkan jika hanya ada kotoran, kulit pohon pun manusia akan mulai mengunyah saat itu diharuskan. Manusia akan melakukan itu.

Ketika kamu kehilangan.. Allah azza wajal dan itu tidak ada lagi menjadi tujuan kamu. Sudah semestinya kamu akan menemukan pengganti. Sudah semestinya, sudah semestinya untuk memiliki sesuatu yang menjadi cita-cita, untuk menjadi tujuan. Misi hidup kamu.

Orang yang menemukan Allah, apa yang terjadi pada mereka. ‘Wa inna salatii wanusukii wamahyaya wamamatii lillahirabbil ‘alamiin’. Itu sangat sederhana bagi mereka. Orang yang benar-benar menemukan Allah, shalat mereka adalah untuk Allah, pengorbanan mereka untuk Allah, hidup mereka dan kematian mereka sekarang untuk Allah. Cara mereka hidup serta cara mereka makan cara mereka tidur, apa yang ingin mereka lakukan dengan tujuan hidup jangka panjang mereka, tujuan jangka pendek mereka, apa yang akan dilakukan dengan anak-anak mereka. Mengapa mereka mendapatkan pendidikan, di mana mereka akan bekerja, semuanya sekarang untuk Allah itulah tujuan mereka.

Tetapi untuk orang yang tidak mempunyai tujuan itu, mereka harus menemukan tujuan lain. Dan di masa lalu pada saat itu ada berhala, pada saat itu ada agama lain, Anda menemukan Tuhan lainnya. Tetapi dalam zaman kita ini menjadi jauh lebih menyedihkan, jauh lebih menyedihkan, sekarang kamu bisa melihat seseorang yang terobsesi dengan tubuh mereka. Dan mereka berolahraga 18 jam sehari dan itu tujuan mereka dalam hidup. Satu-satunya tujuan dalam hidupnya adalah untuk terus menjadi lebih besar dan lebih besar. Itu tujuan mereka, terlihat mempesona dan selalu berada di puncak. Menjaga kebugaran tubuh atau tujuan ini mereka, mereka patrikan (dalam benaknya .pen) ‘Dengan latihan saya harus melakukan ini. Saya akan melakukan banyak push-up, saya akan melakukan banyak bench press’. Itulah tujuan mereka. Itu telah menjadi Illah mereka, untuk orang yang kehidupan mereka telah menjadi tentang uang. Jika kamu pernah bertemu dengan orang (seperti ini), mereka tida bisa berbicara apa-apa kecuali pekerjaan mereka. Mereka tidak bisa…, ya ‘Saya bekerja di perusahaan ini saya melakukan ini ini dan ini’. Dan saat mereka kehilangan pekerjaan, mereka jadi seperti ingin bunuh diri… Karena hanya dengan bekerja yang ada dalam pikiran mereka. Hanya bekerja untuk uang yang mereka lakukan.

Untuk beberapa orang adalah anak-anak mereka… Mereka hidup hanya untuk anak-anak mereka, mereka lakukan apapun untuk anak-anak mereka. Siang malam mereka memikirkan tentang anak-anak mereka, tidak ada pikiran lain berjalan di pikiran mereka. Tidak ada tujuan lain bagi mereka selain anak-anak mereka. Hanya itu yang mereka kejar..,

Ketika kamu tidak menemukan-Nya (Allah), kamu akan menemukan yang lain dan kamu akan mengejarnya. Dan kamu akan memberikan hidup kamu untuk itu dan ini tidak ada pengecualian diantara manusia. Dan hari ini (kita temukan) seorang ‘pemalas’, kamu dapat bayangkan bagaimana dengan seorang pemalas? Kamu tahu anak-anak yang bermain 20 jam video game sehari dan tidak turun sofa mereka. Apa tujuan mereka? Tujuan mereka adalah untuk menghibur diri mereka sendiri. Untuk menggoreng sel-sel otak mereka di balik layar. Itu adalah tujuan akhir yang mereka ingin capai. Dan mereka bekerja keras untuk mencapainya setiap hari.

Ini adalah implikasi psikologis untuk memahami Tauhid. Mudah untuk mengatakan ‘Allah adalah Satu’, tetapi apa dia SATU dalam hidupku? Apakah Dia ‘The One’ untukku? Atau aku mempunyai yang lainnya yang aku kejar. Atau beberapa hal lain yang aku dahulukan sebelum Dia.
Allah mengajukan pertanyaan ini retoris. Dia mengatakan ‘Ma Gharraka birabbikal kariim’ apa yang menipu kamu dari Tuhan yang maha penyayang? Apa yang begitu penting bagimu, sampai kamu mengejarnya sehingga kamu mengabaikan ini…

Subhanallah, jadi ketika Ia menggunakan kata ini ‘Allahu Ahad’. Implikasi psikologis atau implikasi terhadap sikap kita kepada Allah. Dan bagaimana kita berpikir tentang hidup kita benar-benar berubah, sekarang tidak ada yang lebih penting bagiku selain untuk membuat-Nya senang. Tak ada yang lebih penting bagiku selain dari Dia senang terhadapku dan memaafkanku. Tidak ada yang lebih penting, selain dari Dia berbicara kepadaku pada hari penghakiman, memberitahukan kalau ‘aku sukses’. Dia akan melihat ke arahku, aku tidak akan menjadi bagian dari yang Ia berpaling daripadanya. ‘Wa laa yukallimuhumu Allahu yaumal qiyamah’ Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat. Semoga Allah tidak menjadikan kita dalam golongan orang-orang itu.

Ini adalah beberapa implikasi psikologis dari internalisasi (kata) ‘Ahad’. Hanya kata itu. Apa yang Allah katakana. Ahad adalah Allah. Apa yang seharusnya dilakukan, dan saya ingin untuk menyimpulkan karena waktu untuk shalat (telah tiba .pen). Ini adalah, saya tidak bisa mengutip (syair .pen) Iqbal, karena, saya sangat buruk dalam bahasa Urdu. Tapi saya akan memberitahumu arti dari kalimat itu. Ok, secara pribadi aku mencintai puisi itu. Puisinya mengatakan, isi puisinya tentang Tauhid dan dia mengatakan apa yang dulu ‘Sesuatu yang terbakar di dalam hati manusia’. Terbakar dalam hati manusia (Tauhid),..

Sekarang hanya subjek dari perdebatan filosofis abstrak. Itu yang dikatakannya? Sekarang apa Tauhid bagi kita hari ini? Debat, diskusi, diskusi abstrak dalam teologi yang tidak ada akhirnya, tapi dahulu adalah sesuatu yang terbakar di dalam hati. Apakah saya memenuhi hak-hak Ahadiyat? Apa berlaku benar untuk Ahadiyat itu, semoga Allah menjadikan kita menjadi termasuk orang-orang (memahami dan menjalankan) Tauhid. Semoga Allah memberi kita apa yang ‘membakar dalam hati’ kita, sama seperti yang membakar hati Ibrahim as dan Rasulullah saw dan Sahabat ra ajma’in.


Tonton video lainnya di sini.


Facebook Comments
0 Blogger Comments
Facebook Comments by Blogger Widgets

0 komentar: