Sebagaimana kita ketahui Al-Qur’an
selain memuat pokok-pokok ajaran Islam juga mengandung banyak sekali mukjizat
ilmiah di dalamnya. Berikut akan saya ulas salah satu mukjizat ilmiah yang
dikandung Al-Qur'an.
Bagi pecinta biologi pastinya tahu
bagaimana proses perkembangbiakan tumbuhan berbunga. Perkembangbiakan tumbuhan
sering disebut dengan penyerbukan, yaitu proses bertemunya serbuk sari dan
putik. Serbuk sari merupakan gamet jantan dan putik adalah gamet betina.
Melalui proses penyerbukan inilah tumbuhan berbunga menghasilkan keturunannya
berupa biji yang kelak menjadi tumbuhan baru. Serbuk sari dan putik sendiri
berada pada bunga tumbuhan.
Penyerbukan berlangsung dengan
berbagai cara dan perantara. Secara alami penyerbukan terjadi dengan bantuan
angin, air, serangga, burung dan hewan lainnya. Ketika serangga mengambil
nektar pada sekuntum bunga, maka tanpa disadarinya dia telah menggugurkan
serbuh sari pada kepala putik bunga. Terkadang juga dia membawa serbuk sari
yang melekat di kakinya ke bunga lain dan proses penyerbukanpun terjadi. Selain
itu peran manusia terkadang diperlukan sebagai perantara penyerbukan. Misalnya
pada penyerbukan pohon kurma dan salak.
Tahukah kalian semua bahwasannya
pengetahuan yang kita peroleh di abad modern ini ternyata telah termaktub dalam
dalam Al-Qur'an. Kitab yang turun lebih dari empat belas abad silam. Bayangkan.
Secara tersurat Allah swt menjelaskan proses penyerbukan pada tanaman bunga
sebagai berikut.
" Dan Kami telah meniupkan angin
untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu
Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang
menyimpannya." (QS Al-Hijr : 22)
Pada surat Al-Hijr ayat 22 tersebut
dijelaaskan secara gamblang bagaimana angin berperan pada proses perkembang
biakan tumbuhan.Sebagaimana telah kita sebutkan di atas bahwa angin termasuk
salah satu pengantar mempelai jantan (serbuk sari) kepada mempelai betina yang
bernama putik. Allah menjelaskan dalam ayat tersebut dengan kata 'mengawinkan'
yang merujuk kepada angin sebagai subjek atau pelakunya.
Proses penyerbukan dengan bantuan
angin ini dapat kita lihat secara jelas pada tumbuhan jagung. Dimana Allah swt
dengan keluasan ilmu-Nya menciptakan tanaman jagung sedemikian sempurnanya.
Pada pohon jagung posisi benang sari - tempat penghasil serbuk sari - dan putik
tidak pada satu bunga. Benang sari berada di puncak batang jagung, sedangkan
kepala putik berada pada ketiak daunnya. Dengan posisi seperti itu, ketika
diterpa oleh angin serbuk sari akan berguguran dan terbang hingga sampai ke
kepala putik yang berbentuk rambut. Jika angin bertiup sedikit lebih kuat,
benang sari akan diterbangkan hingga ke pohon jagung yang lain. Maka dari itu
biasanya jagung yang menghasilkan biji yang baik dan penuh apabila ditanam
dalam jumlah yang banyak. Jagung yang ditanam sendiri atau hanya beberapa pohon
cenderng menghasilkan buah dengan barisan biji yang ompong.
Benang sari pada tanaman mengirimkan
serbuk sari dengan perantara angin memiliki benang sari yang panjang dan
menghadap ke udara. Posisi demikian menyebabkan serbuk sari akan mudah terlepas
ketika tertiup angin. Selanjutnya dengan bantuan angin juga serbuk sari akan
sampai pada putik. Jelaslah sudah pernyataan Al-Quran "Dan Kami telah
meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)… ."
Untuk memperkuat mukjizat ilmiah dalam
Al-Qur'an surat Al-Hijr ayat 22 dapat dijelaskan dengan fakta-fakta sebagai
berikut. Rasulullah saw yang menyampaikan ayat ini kepada manusia bukanlah
seorang petani. Kita ketahui dalam sejarah adalah seorang penggembala dan
pedagang. Oleh karena itu Beliau jarang sekali berhubungan dengan tanaman atau
perkebunan. Kedua Rasulullah adalah seorang yang tidak dapat membaca dan
menulis. Dengan kata lain tidak mungkin Rasul mempelajarinya dari kitab-kitab
yang ada pada waktu itu. Namun yang paling penting pada saat itu ilmu biologi
belum berkembang seperti sekarang ini.
Maha benar Allah dengan segala
firman-Nya. Hanya Dia-lah yang mengajarkan kepada Rasulullah ilmu penyerbukan
pada tumbuhan. Maka dari itu sudah sewajarnya kita memperbanya syukur pada-Nya.
Mendalami kitabnya. Juga mempelajari ayat-ayat-Nya yang tersebar luas di jagat
raya ini.
Banda Aceh, 2 Ramadhan 1435H
Sumber:
Musaf
Al-Qur'an dan Terjemah - Departemen Agama RI
Abdushshamad,
M Kamil.1423H. Mukjizat Ilmia dalam Al-Qur'an (terjemah). Jakarta: Akbar.
Duniatanaman.com
wikipedia.org
0 komentar:
Post a Comment