Tuesday, September 2, 2014

Ada Apa dengan Orientasi Kampus (Ospek)


Bulan Juli sampai Oktober umumnya menjadi awal tahun ajaran baru bagi perguruan tinggi di Indonesia. Gelombang mahasiswa baru masuk ke lingkungan kampus. Umumnya mereka punya harapan yang baik ketika memasuki lingkungan kampus. Salah satu lonjakan terbesar dalam hidup mereka. Menuju gelar prestisius yang mengiringi namanya kelak. Berharap bisa menjadi jembatan masa depan yang cerah ke depan.

 Pihak tuan rumah, dalam hal ini penghuni kampus juga antusias menyambut datangnya ‘keluarga’. Berbagai macam acara dan kegiatan digelar. Berlomba memberikan penyambutan yang meriah bagi mahasiswa baru yang umumnya datang dari berbagai daerah. Bahkan pihak perguruan tinggi sampai menggelar sebuah konser yang mendatangkan artis-artis ibu kota untuk menghibur mahasiswa barunya. Walaupun itu juga merupakan realisasi ‘janji’ yang diutarakan ketika promosi kampusnya.

Umumnya kegiatan penyambutan mahasiswa baru dikemas dengan nama Ospek. Orientasi studi dan pengenalan kampus. Digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Pemerintahan Mahasiswa (Pema), Senat Mahasiswa (Sema), bahkan Himpunan yang merupakan unit lembaga mahasiswa terendah di kampus.

Sayangnya nama Ospek sendiri telah tercoreng sebagai wadah kegiatan pengenalan kampus. Banyak berita mengabarkan tentang buruknya kegiatan ospek yang berlaku di berbagai perguruan tinggi. Hampir setiap tahunnya kita mendengar adanya korban dari kegiatan ospek. Baik korban fisik, moral, diskriminasi, pelecehan seksual sampai korban meninggal akibat kebrutalan pelaksana ospek.

Dari segi pemaknaan bahasa sendiri kata orientasi memiliki makna yang baik yaitu peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang tepat dan benar. Dengan kata lain orientasi kampus awalnya memiliki tujuan untuk mengenalkan mahasiswa baru dengan lingkungan kampus. Memberikan arahan dan informasi seputar kampus dan proses akademiknya sehingga mahasiswa baru dapat berdaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.  

Namun seperti yang telah dibahas di atas bahwa pelaksanaan ospek sekarang telah melenceng jauh dari namanya. Ospek hanya menjadi ajang perpeloncoan bagi para junior oleh seniornya. Berbagai hal negatif mewarnai kegiatan ospek. Mulai caci maki, perendahan derajat kemanusiaan dengan memberikan atribut tak sepantasnya kepada para peserta hingga kekerasan fisik yang tak jarang merenggut korban jiwa. Bahkan baru-baru ini mahasiswa sebuah perguruan tinggi Islam di Surabaya terang-terangan menghujat Tuhan dengan memberikan tema kegiatan orientasinya dengan tema ‘Tuhan Membusuk’. Sebuah ungkapan yang tak semestinya dilontarkan oleh manusia yang beriman, di Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius dan yang pasti merusak nama baik almamaternya sebuah perguruan tinggi Islam.

Bagi mahasiswa baru sendiri kegiatan ini sebenarnya tidak terlalu memberi dampak yang menguntungkan. Mereka mau mengikutinya dengan alasan penghargaan kepada para seniornya. Takut mendapat perlakuan diskriminatif dan tidak mendapat teman. Bahkan karena ancaman yang menyangkut pautkan kelancaran proses akademik mereka ke depan.


Pengalaman saya selama masa sekolah dan kuliah hingga sekaran, kegiatan ospek menurut saya telah menjadi menu wajib ketika perekrutan peserta didik baru. Keinginan para senior mengeksplorasikan diri telah menjadikan kegiatan ini sulit untuk dihapuskan. Merasa menjadi yang lebih tua dan berpengalaman serta pelampiasan atas perlakuan senior sebelumnya menjadi alasan kegiatan ini wajib dilaksanakan. Diwajibkan bagi seluruh mahasiswa baru untuk mengikutinya dan jika tidak sebuah hukuman akan menanti. Teman saya sejak SMA pernah mendapat hukuman dengan dibotaki kepalanya dan ditandai dengan tulisan ‘M’ (mekanik) karena dia mangkir dari orientasi Fakultas Teknik.

Banyak sudah desakan yang menginginkan kegiatan ini dihapuskan. Selain tidak membawa manfaat, masyarakat juga resah dan takut jika anak-anaknya menjadi korban atas kegiatan tersebut. Namun jika tetap ingin dipertahankanpun baiknya kegiatan semacam ini dikontrol sepenuhnya oleh pihak perguruan tinggi dan diganti isinya dengan kegiatan yang bermanfaat semisal seminar, kuliah umum, atau training motivasi yang dapat menjadi bekal mahasiswa baru menghadapi bangku perkuliahan.

Gambar: Design pribadi dan 
 bimagtresna.wordpress.com
Facebook Comments
0 Blogger Comments
Facebook Comments by Blogger Widgets

0 komentar: