Friday, February 22, 2013

Perjalanan Cinta Kita


Perjalanan Cinta Kita


Wahai temanku,
Aku ingin mengungkapkan isi hatiku
Aku ingin berbagi rasa denganmu
Karena aku tahu engkau temanku
Engkau adalah keceriaan hidupku
Untuk itu ijinkanlah daku berkisah kepadamu,

Wahai temanku,
Aku ingin engkau pandang mataku
Aku miris melihat kehidupan ini
Aku miris melihat dunia yang sedang tertatih
Aku miris melihat alam kehilangan pemimpinnya
Juga aku miris melihat keadaan kita

Wahai temanku,
Tidakkah engkau merasakannya
Bahwa kita sedang terombang ambing dalam lautan hampa?
Lautan yang hanya berisi kekosongan
Lautan yang hanya berisi kesemuan
Lautan yang hanya berisi belenggu
Walaupun disuatu tempat ada cahaya
Namun apakah engkau tahu cara menjumpainya?

Wahai temanku,
Bukalah gerbang itu!
Gerbang itu akan membawamu kepada cahaya itu
Cahaya suci dari Rabb kita
Sebagai petunjuk cinta kita menuju kepada-Nya
Tapi aku harus memberitahumu
Dibaliknya ada jalan
Jalan itu sekarang berubah menjadi labirin fatamorgana
Dan kita harus memilih salah satu pintunya
Satu pintu yang akan membawa kita menuju cahaya itu

Wahai temanku,
Pintu – pintu itu indah
Berhiaskan batu rubi dan permata
Memikat setiap mata yang memandangnya
Merayu setiap hati yang terpesona
Dan aku yakin engkau juga merasakannya
Tapi aku ingatkan wahai temanku,
Hanya satu pintu yang akan menyelamatkanmu

Wahai temanku,
Dibalik gerbang itu,
Di depan pintu – pintu itu
Ada sebuah perpustakaan ilmu
Alangkah baiknya kita singgah sejenak lalu
Sebagai bekal perjalanan cinta kita
Agar kita tidak salah membuka pintunya
Agar kita dapat berjumpa cahaya-Nya

Darussalam, 21 Februari 2013 23.12 WIB
Facebook Comments
3 Blogger Comments
Facebook Comments by Blogger Widgets

3 komentar:

Yusri Kombih said...

Rembulan dan bintang-gemintang
Kini ditelan malam kelam
Semilir angin hanya ceritakan kesedihan
Gemericik air hanya kabarkan kegelisahan
Burung hantu senandungkan kematian

Kuperas jantungku
Kutelan air mata darah itu
Melanjutkan hidup yang masih pasai
Menjalani hidup yang belum sampai
Aku buta, kawan...
Tak melihat cahaya itu
Atau aku yang tak punya mata.

Boy... di hari yang sama,21 Feb 2012 ane juga menulis puisi baru.
Judulnya Terserahmu. Coba lihat di blog-ku. Komentarnya.
yusrikombih.blogspot.com

Yoyon Pujiono said...

dalam bahagia
dalam suka cita
dalam riang gembira
dalam gundah gulana
dalam duka nestapa
dalam angkara murka
dalam rindu merana
dalam sepi meronta
dalam sendiri tersiksa
Tempat-Mu lah aku menghamba
Tempat-Mu lah aku meminta

Akhir2 ini aku merasa kesepian boy, aku rindu sahabat2ku,
aku rindu orang2 yang bisa menopangku,
aku rindu orang2 yang selalu menasehatiku,
dan disekitarku kebanyakan orang apatis dan mementingkan urusannya sendiri,,,

Yusri Kombih said...

Di Antara Milyaran Manusia, Aku Kesepian...

Aku sering merasa kesepian. Selalu. Hidupku cuma terbentuk dari ruang 3×3 meter dengan pendingin ruangan yang sesekali meneteskan air karena bocor. Berkeliling tumpukan kertas yang terserak. Kabel yang semberaut. Air mineral. Dan tisu-tisu bekas yang belum juga masuk ke dalam tong-tong sampah terdekat.

Sore kemarin. Di bawah teduh awan yang mendung, dalam langit yang mulai gelap dan menghitam, kepada seorang teman yang telah aku anggap dekat, aku katakan: AKU KESEPIAN. Aku katakan perasaanku tentang hati orang-orang, mereka yang mendekat saat kita menjadi hebat dan tidak ada yang mengunjungi saat kita bukan lagi apa-apa.

Aku melihat manusia dengan sudut pandang yang sinis. Terkadang ironis. Hiperbola. Personifikasi. Oh, sudahlah, ini kita bukan bercerita tentang majas. Aku melihat manusia sebagai sekelompok makhluk yang hidup dari satu kepentingan kepada kepentingan yang lain. Saat dia perlu, dia hadir, saat tidak, maka semuanya serasa sampah.

Tidak semua memang. Sebagian hadir dalam wujud yang tulus, namun kebanyakan memang demikian praktiknya. Sosokmu ada karena kamu itu dianggap penting.

Kepada temanku itu, aku katakan juga bahwa temanku tidak banyak. Aku tidak tahu harus mengeja nama siapa saat aku berada di dalam lubang sunyi itu. Sedari dulu, aku hidup di dalam dunia yang begitu sepi. Teman-teman terbaikku, tidak hadir dalam jarak yang berdekatan, kecuali cuma sedikit dari mereka.

Aku butuh banyak orang yang berkumpul bersamaku bukan karena mereka sedang membutuhkan aku, namun aku ingin seseorang yang memang menjadikannya aku sebagai teman yang mereka sayangi. Masalahnya adalah aku ini pemalas. Aku malas membina hubungan, aku malas untuk memulai. Aku terlalu takut, gugup, tidak percaya diri untuk mulai memberikan tangan sebagai awal mula persahabatan. Sebangsa, aku ini pecundang.

Di kedai-kedai kopi, saat aku duduk, aku menatap ke mata orang-orang, berusaha mengeja setiap detail retina mereka, melihat tentang masa-masa yang mereka habiskan dalam hidup. Apakah ada kesetiaan di sana, ketulusan, kesetiakawanan. Apakah senyum dan tawa mereka, itu hadir dari sekian tahun persahabatan atau cuma terbentuk dari suatu hubungan yang sarat kepentingan.

Aku iri dengan orang-orang yang hidup dengan banyak teman. Orang-orang yang selalu dibantu oleh kebanyakan orang.

Aku kesepian. Di antara milyaran manusia, mungkin teman baikku cuma mampu dihitung dengan jemari tangan. Aku memang tertutup, tetapi bukan justifikasi bahwa aku tidak membutuhkan orang-orang, terlebih sebenar-benarnya seorang teman.

Ditulis Oleh : Isnan Nugrah Lastiko Tiko
http://sdftyujklvbn.blogspot.com/2012/01/di-antara-milyaran-manusia-aku-kesepian.html