“Nah, proyek kita adalam
membuat alat pengering ikan ayu.” Kata dosen pembimbing lapangan kami.
Tuing! ‘Ikan kayu? Kayu kok jadi
ikan.’ Sebuah tanda tanya muncul di kepala. Kek gini ‘?’.
Sebuah nama spesies ikan yang baru ku dengar seumur hidup. Tapi memang nama umumnya adalah ‘ikan kayu’. Ikannya yang keras kayak kayu.
Sebuah nama spesies ikan yang baru ku dengar seumur hidup. Tapi memang nama umumnya adalah ‘ikan kayu’. Ikannya yang keras kayak kayu.
Oya. Yang ngomong di atas itu
dosen pembimbing lapangan ketika saya ambil KKN bulan Lapan tahun 2014. Eitt.. bukan KKN yang nganterin kita ke
KPK. Tapi Kuliah Kerja Nyata. Nyata kerjanya, karena seminggu bisa tiga kali
gotong royong disebabkan warganya kurang sadar akan kebersihan ligkungan.
Sampe-sampe tempat tinggal kami kebanjiran. Ni buktinye..
Well. Walau kebanjiran tengah malam
gak buta dan harus ngungsi ke mushalla untuk tidur, tapi kami tetap ceria to.
Karena semua hal yang terjadi selalu ada hikmahnya. Serius. Hikmahnya kami
serumah bisa shalat subuh berjamaah di masjid.
Kembali ke ikan kayu.
Ikan kayu merupakan salah satu
produk lanjutan dari hasil laut. Sehingga ikan yang diperoleh nelayan bisa
memiliki nilai lebih dan tahan lama. ‘Jadi apa bedanya dengan ikan asin?’
Mirip. Tapi beda. Lo kok. Iya mirip karena ikannya sama-sama dikeringin. Bedanya ikan asin di kasih garam terus dijemur biar awet. Sedangkan ikan kayu di rebus dulu baru di jemur sampe kering.
Ikan kayu ini ternyata juga ada di Japan. Namanya Katsuobushi. Dan olahan lebih lanjut di iris kecil-kecil kayak abon yang namanya Hanabushi. Dipake untuk penyedap makanan. Kalo di Aceh dinamakan Keumamah.
Mirip. Tapi beda. Lo kok. Iya mirip karena ikannya sama-sama dikeringin. Bedanya ikan asin di kasih garam terus dijemur biar awet. Sedangkan ikan kayu di rebus dulu baru di jemur sampe kering.
Ikan kayu ini ternyata juga ada di Japan. Namanya Katsuobushi. Dan olahan lebih lanjut di iris kecil-kecil kayak abon yang namanya Hanabushi. Dipake untuk penyedap makanan. Kalo di Aceh dinamakan Keumamah.
Ikan kayu di Aceh kebanyakan
dibuat dari ikan tuna. Caranya ikan tuna segar yang baru di tangkap dibuang
kepala dan isi perutnya dulu. Liat gambar di bawah. Lalu setelah itu dibersihkan
dan selanjutnya direbus. Di kasih garam dikit biar gurih.
Setelah ikan lunak atau bisa
dibilang sudah mateng, ikan ditiriskan beberapa saat. Setelah dingin ikan
dibelah dan dibuang tulangnya. Ingat jangan belah ikannya ketika masih baru
keluar dari tempat perebusan. Emangnya kenapa? Ya,, panas dong.
Setelah ikan di buang
tulangnya, selanjutnya ikan di keringkan di bawah terik matahari atau pemanas
buatan. Sampai seberapa kering?. Sampai kandungan airnya abis, atau minimal
tinggal dikit banget. Jadi apa bedanya dengan kata ‘kering’? Ya gak ada, ni
artikel ditulis ketika badan demam, kepala pusing, dan mata ngantuk. Tapi saya
harap temen-temen yang baca gak ikutan pening.
Taraam,, Nah, setelah proses
penjemuran jadi deh ikan kayunya. Tinggal dipersiapkan proses penyimpanan dan
pengemasannya kalau mau dijual. Kalau mau dikonsumsi sendiri ya simpan di
tempat kering dan terhindar dari kontaminasi udara bebas.
Oya, kenapa dinamakan ikan
kayu? Karena setelah dijemur ikannya keras kayak kayu. Bentuknya juga mirip
sama kayu. Biasanya dimasak dengan berbagai rempah-rempah nusantara. Bagaimana
cara masaknya jangan tanya sama saya. Karena saya tidak pandai masak. Tapi
mungkin lain kali boleh saya bahas resep memasak ikan kayu. Asal tau aja nih,
kuliner ikan kayu serasa wajib ada di setiap acara orang-orang Aceh. Saya
temukan dibeberapa undangan walimahan kakak senior saya. Rasanya gurih, lezat,
dan sedikit pedas. Yang gak kalah, bikin ketagihan disuapan pertama.
0 komentar:
Post a Comment